MATERI KKA KELAS X : Mengenal Perangkat Kecerdasan Artifisial

A.   MENGENAL PERANGKAT KECERDASAN ARTIFISIAL 
 
Mengenal Perangkat Kecerdasan Artifisial Istilah Kecerdasan Artifisial (KA) atau Artificial Intelligence (AI) pertama kali diperkenalkan pada Lokakarya Dartmouth College tahun 1956 oleh John McCarthy dan koleganya. Mereka mendefinisikan KA sebagai “ilmu dan rekayasa dalam menciptakan mesin cerdas, terutama program komputer yang cerdas” (McCarthy et al., 2006). Sejak saat itu, konsep dan penerapannya mengalami evolusi signifikan, sejalan dengan perkembangan teknologi komputasi dan teori kognitif. Russell dan Norvig (2021) dalam Artificial Intelligence: A Modern Approach mengklasifikasikan KA ke dalam empat pendekatan utama: sistem yang berpikir seperti manusia, bertindak seperti manusia, berpikir secara rasional, dan bertindak secara rasional. Definisi ini menggarisbawahi dimensi kognitif dan aksiologis KA, yang tidak hanya meniru pemikiran manusia tetapi juga mengutamakan efisiensi pengambilan keputusan berdasarkan data yang dikumpulkan. Definisi dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring juga mendukung pandangan tersebut, menyebut KA sebagai "program komputer yang meniru kecerdasan manusia, seperti mengambil keputusan, menyediakan dasar penalaran, dan karakteristik manusia lainnya" (KBBI, n.d.). Mahyuddin Nasution (2019) menjelaskan bahwa KA tidak hanya melibatkan pemrosesan informasi, tetapi juga penerapan prinsip-prinsip logika, probabilitas, dan heuristik dalam membentuk sistem adaptif yang mampu belajar dari lingkungan. Hal ini diperkuat oleh Devianto dan Dwiasnati (2020), yang menekankan bahwa KA dalam konteks Revolusi Industri 4.0 dan masyarakat 5.0 bukan sekadar otomatisasi, melainkan agen cerdas yang memiliki kapabilitas reflektif. Dengan demikian, secara praktis, KA dapat dipahami sebagai sistem atau mesin yang didesain untuk melakukan tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia,

Mahyuddin Nasution (2019) menjelaskan bahwa KA tidak hanya melibatkan pemrosesan informasi, tetapi juga penerapan prinsip-prinsip logika, probabilitas, dan heuristik dalam membentuk sistem adaptif yang mampu belajar dari lingkungan. Hal ini diperkuat oleh Devianto dan Dwiasnati (2020), yang menekankan bahwa KA dalam konteks Revolusi Industri 4.0 dan masyarakat 5.0 bukan sekadar otomatisasi, melainkan agen cerdas yang memiliki kapabilitas reflektif. Dengan demikian, secara praktis, KA dapat dipahami sebagai sistem atau mesin yang didesain untuk melakukan tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia, seperti persepsi visual, pengenalan suara, pengambilan keputusan, dan terjemahan bahasa. Teknologi ini memanfaatkan algoritma berbasis data untuk mempelajari pola, menggeneralisasi, dan beradaptasi tanpa intervensi manusia secara langsung dalam setiap langkah operasionalnya.

Menurut artikel "What is Artificial Intelligence?" di IBM Cloud Learn, KA mencakup kemampuan pengambilan keputusan, pemahaman bahasa natural, dan pengenalan pola, 11 yang didukung oleh algoritma pembelajaran yang terus berkembang (IBM Cloud Learn, 2021). Evolusi KA dimulai dari sistem berbasis aturan pada era awal komputasi, kemudian berlanjut ke penerapan pembelajaran mesin (machine learning), dan akhirnya mencapai tahap deep learning di mana jaringan saraf tiruan memproses data dalam skala besar. IBM juga menguraikan bahwa perjalanan KA dimulai dari sistem berbasis aturan (rule-based systems) pada era awal komputasi, di mana logika simbolik menjadi dasar pengambilan keputusan. Seiring dengan kemajuan teknologi, KA bertransformasi melalui beberapa fase penting: • Era Simbolik: Sistem awal yang mengandalkan logika dan aturan eksplisit. • Pembelajaran Mesin: Peralihan ke algoritma yang dapat belajar dari data tanpa pemrograman yang eksplisit. • Deep Learning: Puncak evolusi KA dengan jaringan syaraf tiruan yang mendalam, didorong oleh peningkatan daya komputasi, ketersediaan big data, dan algoritma yang lebih efisien.



Menurut IBM, dalam artikel: Understanding the different types of artificial intelligence (https://www.ibm.com/think/topics/artificial-intelligence-types), KA dapat dikelompokkan menjadi tiga sub kategori berdasarkan kapabilitasnya, sebagai berikut: 

1. Artificial Narrow Intelligence (ANI) Sub kategori KA ini juga dikenal dengan KA lemah (weak AI) dan merupakan KA yang ada saat ini. Banyak sekali produk-produk yang mengintegrasikan ANI. ANI dapat mencapai kemampuan manusia super (superhuman capabilities), namun hanya untuk suatu tugas tertentu dalam sebuah domain yang sangat spesifik. Contohnya, 


2. Artificial General Intelligence (AGI) AGI memiliki kecerdasan setingkat manusia secara menyeluruh dan dapat melakukan tugas apa pun yang dapat dilakukan manusia. AGI dapat menyusun strategi, bernalar, memecahkan masalah, berpikir kreatif, merencanakan, belajar, beradaptasi, mengintegrasikan pengetahuan sebelumnya, menyesuaikan diri dengan ambiguitas, dan berpikir abstrak. Banyak ahli meramalkan bahwa kemungkinan besar, AGI akan tercapai pada tahun 2040.

3. Artificial Superintelligence (ASI) ASI dapat didefinisikan sebagai "kecerdasan mesin yang jauh melampaui kinerja kognitif manusia dalam hampir semua bidang". Para ahli meramalkan bahwa ada kemungkinan besar ASI akan tercapai pada tahun 2060 (https://dev.to/abhinowww/what-is-asi-artificial-super-intelligence-is-it-feasibleand-when-will-we-achieve-it-1p1c). 

Sebagai contoh, mesin cuci konvensional membutuhkan pengaturan manual untuk menentukan mode pencucian. Sebaliknya, mesin cuci cerdas yang menggunakan KA mampu menganalisis jumlah pakaian dan tingkat kekotoran, lalu secara otomatis mengatur jumlah air dan durasi pencucian yang optimal. Mesin cerdas lainnya yang sering dijumpai adalah asisten virtual, seperti Google Assistant atau Siri, yang mampu memahami suara pengguna, menjawab pertanyaan, dan memberikan saran berdasarkan kebiasaan harian. Chatbot layanan pelanggan juga termasuk mesin cerdas karena dapat memahami pertanyaan pelanggan dan langsung memberikan respons yang relevan. Bahkan ada mobil otonom seperti Tesla yang dapat berjalan tanpa pengemudi, mengenali jalan dan rambu lalu lintas, serta melakukan manuver seperti parkir secara otomatis.



2.  Prinsip Dasar dan Cara Kerja Kecerdasan Artifisial Menurut AI Principles dari OECD (2024), prinsip dasar KA meliputi kekuatan, keamanan, dan keselamatan. Prinsip kekuatan, keamanan, dan keselamatan dalam sistem KA menekankan bahwa sistem tersebut harus dibangun untuk tetap berfungsi dengan baik dalam berbagai kondisi. Ini mencakup kondisi penggunaan normal, situasi yang dapat diperkirakan hingga potensi penyalahgunaan atau kondisi yang tidak menguntungkan. Dengan demikian, sistem KA harus memiliki ketangguhan untuk menahan gangguan atau serangan yang tidak terduga, sehingga mampu memberikan performa yang optimal tanpa kegagalan yang dapat menimbulkan risiko besar. Selain ketangguhan, prinsip tersebut juga mengharuskan adanya standar tinggi dalam hal keamanan dan keselamatan di seluruh siklus hidup sistem KA. Artinya, pada setiap tahap—mulai dari desain, pengembangan, implementasi, hingga pemeliharaan— harus diterapkan strategi dan mekanisme proteksi yang mumpuni. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya risiko keamanan dan memastikan bahwa, meskipun terjadi kesalahan atau penyalahgunaan, sistem tidak akan menimbulkan bahaya atau risiko yang tidak wajar bagi penggunanya dan lingkungan sekitarnya




Buatlah rangkuman dari maeri di ataas di buku tulis kalian.
By :  Nur yanto, S.Pd


B

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rangkuman Materi dan Soal latihan ASAT. Genap Kelas XI

MATERI STRATEGI PROMOSI KELAS XI GENAP

MATERI BEP PKWU